Sial. Aku segera mengalihkan pandangan ku ke papan proyeksi. Layar berganti slide, kali ini sampai pada sub point tentang market-demanding. Aku tidak bisa berkonsentrasi. Dari sudut mata, kulihat dia tersenyum, masih sambil mencatat di notesnya.
Aku tidak pernah melihatnya se-biasa ini. Tidak pernah. Dia akan selalu datang dengan sejuta keceriaan terpampang di wajahnya. Dengan tangan kesana-kemari menjaili semua yang dilewati. Membuat perempuan2 itu merajuk manja. Pemandangan membosankan setiap hari.
Tapi, hari ini, -apakah cuma aku atau teman2 yang lain juga sependapat, bahwa duta kebahagiaan mereka, terlalu terkendali? Dia datang hanya dengan langkah2 pelan tapi pasti, tersenyum malas, dan segera duduk. Oya, dia membuat catatan alih2 jahil menyela dosen, atau mencari-cari perhatian ke perempuan2 itu, membuat heboh.
Kemudian aku sadar, untuk memutuskan bahwa aku tidak peduli. Sampai saat secarik kertas dengan tulisan acak2an itu, tepat diletakkan di atas notesku. Satu kalimat sederhana di atasnya membuat aku menoleh, melihat dia mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum.
Aku tidak pernah melihatnya se-biasa ini. Tidak pernah. Dia akan selalu datang dengan sejuta keceriaan terpampang di wajahnya. Dengan tangan kesana-kemari menjaili semua yang dilewati. Membuat perempuan2 itu merajuk manja. Pemandangan membosankan setiap hari.
Tapi, hari ini, -apakah cuma aku atau teman2 yang lain juga sependapat, bahwa duta kebahagiaan mereka, terlalu terkendali? Dia datang hanya dengan langkah2 pelan tapi pasti, tersenyum malas, dan segera duduk. Oya, dia membuat catatan alih2 jahil menyela dosen, atau mencari-cari perhatian ke perempuan2 itu, membuat heboh.
Kemudian aku sadar, untuk memutuskan bahwa aku tidak peduli. Sampai saat secarik kertas dengan tulisan acak2an itu, tepat diletakkan di atas notesku. Satu kalimat sederhana di atasnya membuat aku menoleh, melihat dia mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum.
No comments:
Post a Comment