21:04 wib.
Mungkin aku tidak akan lagi memintamu menemani ku sejauh ini. Jika yang ku dapat hanya wajah marahmu, mata yang tak bersahabat atau berkekasih??, bibir yang tak ku kenal, gestur tak tersentuh. Tak sepadan, ku bilang. Oya.. Ngomong2 soal wajah marahmu itu..sebenarnya aku sudah menebalkan hatiku, kalau tidak kau akan terkejut melihat betapa itu sungguh menyakitiku. Bukannya sekarang tak memberi luka, hanya saja aku antisipatif. Kau bilang itu ndableg. Kau tau? Itu hanya manifestasi dari luka ku. Hitung saja berapa ribu kali, wajah marahmu itu kau munculkan d hadapanku. Hari ini saja, lebih dari 3 kali. Kau ingat??
Tadi, (ini adegan imajiner ku di sepanjang jalan), sebelum kau pergi, mungkin aku bisa menawarimu sebotol minuman dingin, karena hangat tak ada disini, hm..padahal ini malam berhujan ya. Atau aku akan memberikan senyum ku yang berkali kau bilang manis, ku pikir itu akan mengalahkan dingin hujan di luar, membuatmu hangat..atau ternyata tak mampu?? Mungkin juga, ini pasti..aku akan mengucapkan terima kasih dengan kata sayang di belakangnya, ‘terima kasih sayang’ dan seulas senyum..kau tak luluh?? Di akhiri dengan ‘hati- hati’ yang bukan hanya basa-basi..aku tahu kau diburu waktu, mungkin dengan sedikit kata itu dari ku bisa membuat cara mengemudimu sedikit aman. Atau nyatanya tak pernah?? Dan kita akan berpisah dalam senyum..ahh manisnya.
Tapi tentu saja, itu hanya adegan yang ada dalam kepalaku sepanjang perjalanan. Kau..tentu saja tak memberi sedikit kesempatan untuk itu.. Marahmu sedingin kemarau. Kering. Merengges sampai ke tulang. Dan teriakku tak mampu menghangatkan. Menguar. Menghitam dalam tulisanku. Menunggu kau sambangi, yang tentu saja tak mungkin, bukan? Kau tak suka.
Ahh sudahlah.. Terima kasih dan maaf.. *aku sudah mengatakan lewat pesan, bukan? Aku cinta kau..
Inuin, repost blog wordpress.
No comments:
Post a Comment