I, ingatkah kamu akan pertemuan-pertemuan kita yang dahulu? Urusan kerja. Saat itu aku selalu menemaninya. Adakah saat itu, sudah tumbuh di hatimu perasaan menginginkan? I, bagaimana semua bisa terjadi, I? Bisakah kamu menceritakan padaku? Aku hanya tak mendapatkan darinya.
Tidak, I. Aku tidak akan menghakimi. Bahkan sampai detik terakhir aku mengetahui ini semua, aku tak sanggup menyalahkan siapa-siapa. Bagaimana, I? Perasaanmu? Bukankah dia sungguh sosok yang menyenangkan? Dengan segala cerita-cerita tentang dunia yang dia miliki?
Adakah aku dalam cerita-ceritanya, I?
I, aku hanya berharap seseorang meminta maaf. Berlebihankah, I? Aku tahu, I. Jika bukan dia yang menghujanimu dengan manisnya, ini semua tak akan pernah terjadi. Aku mengenalnya, I. Dia membuatmu merasa diinginkan, bukan? I, aku tak mengenal baik dirimu. Tapi aku yakin, I, kamu bisa menjaga perasaanmu.
Aku berterima kasih untuk kesediaanmu menutup pintu dari luar hatinya, I. Membiarkan kami berdebat di dalam dan semoga berakhir dengan sebuah peluk maaf.
Apakah aku menyakitimu jika aku meminta doa'mu, I? Aku minta maaf. Apa aku terlihat seperti seorang wanita egois menyedihkan, mengemis kepergianmu untuk membuatnya kembali pulang, I? Kurasa tidak, I. Aku minta maaf.
I, sekali lagi aku berterima kasih. Jaga perasaanmu, I.
tertanda,
inuin
No comments:
Post a Comment